Posts

Showing posts from September, 2013

if one does love, one will care

...... tapi masalahnya adalah saya tidak tahu apakah kamu hanya pura-pura tidak acuh atau, kamu memang benar-benar tidak mencintai saya lagi?

"3 - 4 tahun lagi mungkin kita gak bakal sedeket ini lagi.."

Percakapan lewat pukul 22.00 biasanya berujung kepada pertanyaan atas sebuah pernyataan. Seperti malam kemarin, --atau kemarinnya lagi ya?-- seperti biasa, saya ngobrol via WA dengan seorang teman. Pukul 23.05 dia iseng WA,"Oyasuminasai." Saya pikir dia salah kirim -_-, ternyata nggak, mungkin ini anak lagi kesepian. Hahaha. Setelah WA gitu, alih-alih langsung tidur, malah ngobrol. Lucunya sih setelah beberapa kali ngucap "Oyasumi" tetep aja ngobrolnya lanjut. -_- Lanjutnya ke hal-hal remeh sampai ke agak berat. Pertama-tamanya cuma nanya besok kuliah jam berapa, kemudian ganti saya nanya besok dia kerja jam berapa. Mumpung dia lagi magang gitu. Sambil bercanda, saya bilang:  "Seharusnya pertanyaan tadi buat kamu 3 - 4 tahun lagi ya. :)) Pas udah beneran kerja gitu.." And his answer was pretty hit me : "Kayaknya, 3 - 4 tahun lagi kita sudah  gak kontek-kontekan kayak gini deh." "....." Dude, that was deep . Terus saya tanya

Jika Kau Melupakan Aku

aku ingin kau tahu satu hal kau tahu bagaimana: jika aku melihat  pada bulan kristal, pada ranting merah di musim gugur yang lamban di jendelaku jika aku menyentuh perapian  yang abunya tak jelas terlihat atau potongan kayu yang berkerut, semuanya membawaku padamu, seolah-olah segala sesuatu yang ada aroma, cahaya, logam adalah perahu kecil yang berlayar menuju pulau kecil milikmu yang menunggui aku. dan sekarang,  jika sedikit demi sedikit kau berhenti mencintaiku aku akan berhenti mencintaimu sedikit demi sedikit. jika mendadak kau melupakan aku jangan mencariku,  karena aku telah melupakanmu. jika kau berpanjang memikirkannya sembari marah angin dari umbul-umbul yang melewati hidupku,  dan kau memutuskan untuk meninggalkaku di tepian  hati  di mana aku berakar,  ingatlah pada hari itu  pada jam itu aku akan mengangkat tanganku dan akarku akan tercabut dan mencari tanah yang lain tapi, jika setiap hari,

kamar aku begini, kamar kamu?

Image
jadi ceritanya, i did some make over to my room. since i had plenty of leisure time and some cash *haha* i bought some stuffs. wallpaper beneran lumayan mahal, jadi sebagai pengganti, saya beli wallpaper - wallpaperan alias kain furing. kain furing murah kok, bisa didapatkan di toko liman, jalan malioboro. pilihannya ada banyak. harganya juga terjangkau bangets. cuma 5,4k permeter. untuk nempelin furing ke dinding kamu cuma butuh lem fox putih yang bungkusan, 8k. untuk kamar yang selebar 3 x 3m, cuma butuh 20 meter kain furing dan 2 bungkus lem fox. jadi kira-kira habisnya sekitar 130k ya. :)) pilihan pattern di liman i wrap a board and put it above my bed. to put my eyeglass when i want to sleep. hehe.  closer looks for the pattern.  a mini bag from Wijaya.  baju-baju bergelantungan waaa pemandangan dari kasur untuk proyek ini *halah* sebelumnya si amel juga, atas rayuan saya juga sih. hahaha. si yushi juga. ternyata kegiatan selo nan menye

satu sore saat kertas putih pudar itu dikirimkan ke pintu rumahku

hujan selama satu windu telah mengubah warna kursi dan meja di taman yang dulu sering kita sambangi. putih yang pucat dan pudar. kita seringkali berlama-lama di sana selepas sekolah, sekadar duduk dan berbagi kesunyian. kesunyian, katamu, adalah hening yang mampu kita nikmati bersama-sama.  kemarin sore, sepulang kerja aku menemukan selembar kertas putih pudar serupa di pintu rumah. putih gading dengan tulisan hitam melengkung-lengkung. dengan namamu, nama orang tuamu, dan nama seorang perempuan yang tidak pernah mau aku kenal.  aku membuka pintu, melepaskan sepatu, menaruh tas jinjing dan duduk dengan diam di kursi kayu di depan televisi. ada jeda hening yang digantung lamat-lamat di kening. angin lewat di pucuk hidung sambil terhuyung mabuk, sambil melingkarkan lengan dinginnya disekeliling leherku. kertas putih pucat itu masih aku pegang. lama-lama warnanya merasuk ke kulit. ke pipi. ke bibir. ke pias-pias tulang.  langit masih menyisakan beberapa potong garis merah. ak

kantor di kepalaku

akhir-akhir ini kantor paling sibuk di dunia kepalaku kehabisan pekerjaan. satu-satunya pegawai di sana memberhentikan diri. setelah sekian lama dia bekerja tanpa henti. tanpa ada tanda-tanda hendak mengajukan cuti. satu-satunya pegawai yang lalu lalang di kantor ini berjalan ke mejaku, menyerahkan map putih transparan sambil berkata,"Aku sudah bekerja terlalu lama. Mungkin sudah saatnya aku pensiun."  lampu-lampu neon putih yang biasa menyala sampai ayam jantan berkokok, kini beristirahat lebih cepat. meja kerja yang biasanya terlihat paling berantakan, sekarang bersih. tidak ada selembar kertaspun di sana. atau coretan tangan pegawaiku itu. pegawai nomor satu. kantor paling sibuk di dunia kepalaku ini, kehabisan pekerjaan. pegawainya sudah menarik diri. kemudian, tinggal hanya aku di sana. memandang kursi, meja dan sepasang sepatu yang dia tinggalkan sebagai tanda mata. kantor, yang dulunya paing sibuk, di dunia kepalaku ini sekarang memasang besar-besar plang bertuli