Posts

Showing posts from April, 2013

Chairil Anwar's ''Cintaku Jauh di Pulau".

Image
photo by: Keumala Cintaku jauh di pulau, gadis manis, sekarang iseng sendiri Perahu melancar, bulan memancar, di leher kukalungkan ole-ole buat si pacar. angin membantu, laut terang, tapi terasa aku tidak ‘kan sampai padanya. Di air yang tenang, di angin mendayu, di perasaan penghabisan segala melaju Ajal bertakhta , sambil berkata: “Tujukan perahu ke pangkuanku saja,” Amboi! Jalan sudah bertahun ku tempuh! Perahu yang bersama ‘kan merapuh! Mengapa Ajal memanggil dulu Sebelum sempat berpeluk dengan cintaku?! Manisku jauh di pulau, kalau ‘ku mati, dia mati iseng sendiri. (Chairil Anwar, 1946)

hal-hal yang dipikirkan

seringkali, tiap malam, saya tidur dengan memikirkan banyak hal hal-hal yang saya pikirkan berupa-rupa jenisnya kadang sekadar perihal ringan, seperti, mendaftar barang-barang apa saja yang perlu saya beli; kapan bisa membelinya; di mana; atau berapa uang yang saya butuhkan. kadang perkara cukup berat, seperti, tugas kuliah apa yang belum saya kerjakan; kapan mau mulai; kapan harus ke perpustakaan; kapan mau mengganti buku perpustakaan yang hilang; atau apakah besok sebaiknya saya bolos kelas atau tidak. lain waktu, kepala saya dipenuhi dengan wacana kelas kakap: tentang paham. saya tidak pernah benar-benar paham. sebagian besar kadar paham saya akan sesuatu --baik itu materi presentasi sampai keputusan Tuhan-- hanya saya amini begitu saja. bulat-bulat. seperti yang saya pernah akui, penjelasan lebih lanjut terkadang hanya bikin saya tambah bingung, alih-alih menerima, bisa jadi saya berbalik murka, kemudian menuntut tidak terima. repot kan? makanya, kalau hati saya sudah

Glagah Beach, Wates, Purworejo.

Image
My poor 1,3 mega pixel phone's camera can't stand it. It’s getting dark. The night starts to crawl. As the sky begins to change color to a thicker grey, the sun shaped  like an orange ball with a bright yellow tinge in the middle. It slowly goes down, prepares to hide under the sea. The light left can no longer irradiate the sea and the sand. When the shadow of the inanimate begins to fade, everything now looks like only a silhouette. 

berdua dengan diri sendiri

so, last night i had this silly talks with my other 4 girl friends. we were hanging in my small-messed-up-room after having takoyaki. haha. unplanned. we talked about (too) many things, gossips, even about sex. phew. lidahku mulai belibet. ini kebanyakan ikut kelas creative writing mesti udah ah, aku ngomong pake bahasa indonesia aja.  jadi, ceritanya kemarin kita ngobrol ngalur-ngidul tentang banyak macam. mulai dari gosipin anak-anak, mata kuliah yang bagaikan dementor penghisap keseloan, relationship, sampai ke masalah seks? haha.  saya baru sadar, dari 5 orang yang ada di kamar saya kemarin, saya punya pandangan yang beda. masalah melihat em, keberadaan seseorang yang biasa disebut pacar. *hening*  mereka semua bilang bahwa, --pada intinya-- mereka (masih) ingin menikmati waktu yang mereka miliki, sendiri. mereka menikmati kesendirian yang mereka punya, dengan sangat baik. tanpa banyak argumen, alasan, atau pikiran belibet lainnya. they just love to only think about

what is relationship?

what is relationship? why do people (want to) have relationship?  what is its urgency? what do they do? is there any obligation? right? agreement?  when is to say that you are in a relationship? err, i mean when do people officially dating? or not dating? those silly questions are about floating inside my head in the past few days. in sudden. i think. --casually, i just do, further thinking is not required in such matters--. i mean, i've been in some relationship(s) in the past few years, --whether they were for real or not--, and rarely thought of the meaning of real-lationship. started from the current one, i started to think. in the middle of what are we? why am i having this? why did i want it? why did he want it? what do we want?  i do enjoy my relationship to someone, but i am not one kind of over depending. i also okay being alone. i got friends. but if i aware i have one, but being forced not to have it while  none clear reason; i got upset. surely. would you?

tulisan ini bahkan tahu dia ada di mana.

kata-kata kebingungan mencari jalan keluar. dari jari. dari hati. dari kepala. dari tadi.  hari ini sebenarnya aku hendak menulis perihal perih yang aku alami beberapa pekan yang lalu. tapi, sebagaimana kesedihan-kesedihan yang lalu, kata-kata masih takut keluar. mencicit saja di atas tuts-tuts hitam. bergeming. tidak hendak melebur  jadi rima irama, menggumamkan perihal kemarin. sebenarnya, aku sudah terlalu sering menceritakan bagaimana sulitnya merapikan kekata, kemudian, aku ingat lagi, aku pernah bilang seperti ini: "saya suka, bagaimana kamu datang mengelebat dalam pikiran dan seolah-olah berkata," ingat saja kita, dan kata-kata akan tunduk pada jemarimu yang pernah bersentuhan dengan jemari saya. " aku menghela. ah, keadaan tidak bisa selamanya baik-baik saja. cerita tidak bisa selalu manis, legit dan bikin iri. bahkan di dongeng kesukaan saya, sang putri harus menjalani ritual kesedihan terlebih dahulu. harga mati.  sembari menuliskan ini, saya me

mumpung masih hangat-hangatnya rasa tidak percaya

saya bingung hendak mulai bercerita  dari mana. perkara ini membingungkan --dan tentunya membuat saya sedih--. tuh , benar kan. ketikan jari saya macet-macet. ketik berapa huruf, diam bengong berapa detik. gonta-ganti tab. gonta-ganti playlist. terkadang diselingi Ma yang mengajak ngobrol. tapi, perhatian saya tidak penuh. beberapa hari ini saya sering melamun. di motor, di kelas, di perpustakaan, di depan netbook, habis sholat, pas berjalan. di mana-mana. melamun yang benar melamun. yang isi kepalanya berbicara satu sama lain. saling membantah, lantas sibuk bertanya, mendengung-dengung sendiri. sesekali mengeluh, lantas bertanya lagi. tidak habis-habis. tidak putus-putus sampai ada yang menyadarkan. sampai ada yang memanggil. saya seperti sedang berputar-putar dalam satu pertanyaan. keluar masuk. dilontarkan. disimpan rapat-rapat kalau sudah muak. dibisik-bisikkan ke tembok, lantai, buku-buku, lalu lalang manusia. kadang pertanyaan yang dilontarkan bukan lagi berupa kalimat tanya

how to say it?

I love you without knowing how, or when, or from where. I love you simply, without problems or pride: I love you in this way because I do not know any other way of loving but this, in which there is no I or you, so intimate that your hand upon my chest is my hand, so intimate that when I fall asleep your eyes close.  -Pablo Neruda