tulisan ini bahkan tahu dia ada di mana.

kata-kata kebingungan mencari jalan keluar. dari jari. dari hati. dari kepala. dari tadi. 
hari ini sebenarnya aku hendak menulis perihal perih yang aku alami beberapa pekan yang lalu. tapi, sebagaimana kesedihan-kesedihan yang lalu, kata-kata masih takut keluar. mencicit saja di atas tuts-tuts hitam. bergeming. tidak hendak melebur  jadi rima irama, menggumamkan perihal kemarin.
sebenarnya, aku sudah terlalu sering menceritakan bagaimana sulitnya merapikan kekata, kemudian, aku ingat lagi, aku pernah bilang seperti ini:

"saya suka, bagaimana kamu datang mengelebat dalam pikiran dan seolah-olah berkata,"ingat saja kita, dan kata-kata akan tunduk pada jemarimu yang pernah bersentuhan dengan jemari saya."

aku menghela. ah, keadaan tidak bisa selamanya baik-baik saja. cerita tidak bisa selalu manis, legit dan bikin iri. bahkan di dongeng kesukaan saya, sang putri harus menjalani ritual kesedihan terlebih dahulu. harga mati. 

sembari menuliskan ini, saya mendengarkan lagu-lagu pilu. meracuni diri sendiri. seperti yang saya bilang kemarin, manusia senang sekali mengumbar-tambahkan kesedihannya. semacam ada indahnya, semacam ada nikmatnya. tidak peduli dalam bahasa apa lagu-lagu itu dikumandangkan, kita selalu mampu mendefinisikan kesedihan yang diajukan. 

kali ini, entah kesedihan macam apa yang ingin aku tuliskan. kesedihan yang tidak mau aku definisikan. bahkan, aku pernah membaca seorang ahli antropologi yang berkata, "saya benci definisi." kesedihan macam ini, sebenarnya sama saja dengan kesedihan yang dialami 1.238.938 orang lain di dunia ini. tapi, sekali lagi, manusia senang sekali menganggap istimewa kesedihannya. tidak salah, toh itu murni milik dia. kesedihan yang menjadi harta. kesedihan yang dijaga. sebaik mungkin. 

**

tulisan ini tidak memiliki alur, tidak memiliki tema. bahkan tidak memiliki tujuan. tulisan ini bingung hendak kemana dia sebenarnya. tulisan ini bingung hendak jadi apa. sama seperti penulisnya yang bingung. pada akhirnya, tulisan ini, toh tetap layak berada di laman ini. bersanding dengan tulisan-tulisan lain.

barangkali seperti itulah yang diinginkan penulisnya. seberantakan apapun, setidaknya si penulis ini ingin tahu posisi dia ada di mana. begitu saja. 

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Sarkem, Jogja's Sex Stop

5 songs i over-played and never less love

Berpindah Kota