Berpindah Kota

Hai, halo!
Hahaha. Postingan kemarin udah sekitar 2 bulan yang lalu, ya? Ada beberapa life changing events yang terjadi lho. Halah. Gaya amat ya. Haha.
Baiklah. Pertama, wisuda! Tanggal 17 Februari 2015 di GSP UGM bersama 1500+ wisudawan wisudawati UGM lainnya. Ehe. Ehe. Resmi alumni /slash/ pengangguran. Ehe.

Oh iya, seminggu kemudian saya resmi pindah dari Yogyakarta. Ndak usah ditanya perasaan saya gimana. Babak belur. Thanks to Mamah yang membuat rencana pindahan super mendadak ini. Saya hampir-hampir ndak sempat mengucapkan selamat tinggal dan melakukan sedikit dramatisasi. Ihiks. Cuma sempat ngumpul sama anak-anak di Hoshakilla. Terus sibuk ngurusin packing barang, pesen tiket, jual motor, persiapan wawancara (lagi) di Jakarta. Total, lima hari setelah wisuda saya benar-benar pergi dari Yogyakarta.
Begitu cepat. Begitu cepat. Bahkan, saya tidak punya waktu untuk menangis. Hari terakhir, Sabtu 21 Februari 2015, saya menyempatkan diri ke kampus. Terlalu sentimentil.

Satu perasaan yang pasti, waktu itu, saya benar-benar takut harus meninggalkan kota itu.
Hehe.


22 Februari 2015. Saya terbang ke Jakarta dengan pesawat paling pagi. Waktu itu ada tiga teman yang repot-repot datang ke bandara. Dan, begitu saja. Satu jam kemudian, saya sudah di Jakarta lagi. Seperti mimpi, tapi tanpa label 'buruk' ataupun 'indah'. Hahaha.

Cring! Cring!

2 Maret 2015. Wawancara di salah satu creative agency di bilangan Pasar Minggu.
4 Maret 2015. Eh, diterima.
6 Maret 2015. Menyempatkan diri pulang ke rumah untuk dua hari sahaja.
9 Maret 2015. Officialy. First day at work. Ehe. Ehe. Pergantian status yang cukup cepat sih ya, less than a month. Alhamdulillah.

And now, life (after graduation) is happening. 
Gimana rasanya?

Yah. Gitu. Deh.
It is either enjoy it or deny it. Hahaha.

 Kebetulan, saya ndak dapet Jakarta-bagian-kejam-banget. Kediaman - kantor bisa ditemput dalam 30 - 45 menit, kalau macet. Kalau lantjar, cuma 15 menit. Ehe.
Semoga saya bisa bertahan ya, di sini.
Mungkin Jakarta ndak sehangat Jogja. Mungkin Jakarta itu dingin. Mugkin butuh usaha lebih untuk mencintai kota ini. Tapi, bukankah mereka yang susah dicintai justeru paling membutuhkan cinta?

np: Senja di Jakarta - Banda Neira

Comments

  1. Hai Winny, ini Yenni (@yennisadja).... suka banget dengan istilah babak belur untuk menggambarkan perasaan pas kudu ninggalin jogja. apik! :)
    Sukses ya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Eh, Mbak Yeni. Hehehe. Terima kasih, mbak. Hahaha. Mbak pun, sukses! 😘

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Sarkem, Jogja's Sex Stop

5 songs i over-played and never less love