mumpung masih hangat-hangatnya rasa tidak percaya

saya bingung hendak mulai bercerita  dari mana. perkara ini membingungkan --dan tentunya membuat saya sedih--. tuh, benar kan. ketikan jari saya macet-macet. ketik berapa huruf, diam bengong berapa detik. gonta-ganti tab. gonta-ganti playlist. terkadang diselingi Ma yang mengajak ngobrol. tapi, perhatian saya tidak penuh.

beberapa hari ini saya sering melamun. di motor, di kelas, di perpustakaan, di depan netbook, habis sholat, pas berjalan. di mana-mana. melamun yang benar melamun. yang isi kepalanya berbicara satu sama lain. saling membantah, lantas sibuk bertanya, mendengung-dengung sendiri. sesekali mengeluh, lantas bertanya lagi. tidak habis-habis. tidak putus-putus sampai ada yang menyadarkan. sampai ada yang memanggil.

saya seperti sedang berputar-putar dalam satu pertanyaan. keluar masuk. dilontarkan. disimpan rapat-rapat kalau sudah muak. dibisik-bisikkan ke tembok, lantai, buku-buku, lalu lalang manusia. kadang pertanyaan yang dilontarkan bukan lagi berupa kalimat tanya, tapi berubah bentuk jadi sebutir-dua air di kantong mata. hampir saja jebol. hampir saja jatuh-jatuh. dasar gravitasi.

***

saya jadi ingat beberapa bulan lalu. yang jelas-jelas bilang apa yang kemarin saya dengar. terlambat sadar? terlambat paham? terlalu baik sangka?
mungkin saya terlalu bahagia, saya alpa mengabsen kemungkinan sedih. saya jumawa, tidak mengingat kemungkinan-kemungkinan lain.

nah. sudahlah, sampai sini dulu. saya mau melamun dulu. masih hangat-hangatnya rasa tidak percaya ini. nanti, kalau saya sudah sadar dan menerima, kan jadi lain ceritanya.



Comments

Popular posts from this blog

Sarkem, Jogja's Sex Stop

5 songs i over-played and never less love

Berpindah Kota