Untuk Mbak Putri.


Sudahkah saya bercerita kepadamu, betapa saya tidak menyukai perpisahan?

Hari ini adalah hari perpisahan lagi. Kali ini dengan seseorang yang sungguh tidak saya sangka bisa bikin saya menangis. Namanya Mbak Putri. Mbak Putri adalah atasan saya di kantor. Jadi, untuk post blog --yang sudah berdebu-debu ini, saya ingin menghadiahi beliau dengan ini. Karena, bagi saya cara terbaik untuk merayakan seseorang adalah melalui tulisan. 

Dear Mbak Putri yang galak, saya mau mengaku nih. Di tiga bulan pertama di sini, saya pernah menangis gara-gara kegalakan Mbak. Hehe. Waktu itu, perkara pekerjaan GIIAS yang sungguh-sungguh bikin shock. Sebagai anak lulusan kota Jogja yang terbiasa selo dan tidak pernah didera-dera, saya sempat hampir semaput mendengar semua instruksi dari Mbak. Saya telepon teman dekat saya sambil menahan tangis, menahan lapar, dan ngantuk.

Tapi, dari situ mata batin saya jadi terbuka, bahwasanya ya pekerjaan di industri ini ya begitu. Tidak bisa plintat-plintut. Tidak bisa asal cang-ceng-cong. Semua yang keluar dari mulut dan tangan, harus bisa dipertanggungjawabkan!

Dear Mbak Putri yang cerewet, pertama-tamanya, saya sempat heran lho, kok bisa Mbak Putri menangkap yang (hampir) kasat mata. Sepertinya, adaaaa saja pekerjaan saya yang kurang kece. Sampai-sampai Mbak Putri harus berulang kali mengoreksinya. Sempat pula kepikiran, apa kualitas otak saya ini kurang memadai? Jadi sedih dan terpuruk, tapi bisa bangkit lagi, dong!

Tapi, justru dari kebiasaan Mbak yang satu ini, saya juga belajar awas dan melatih skill sharp-eyed. Bukan untuk mencari-cari kesalahan, justru untuk meminimalisirnya. Bahwa sesungguh seorang AE itu haruslah know every thing that happens on the deck, on the design, during the event. Harus punya taste, harus mengerti teknis, harus cerewet!

Dear Mbak Putri, mungkin selama dua tahun belakangan ini, memang saya tidak bisa akrab dengan Mbak seperti teman-teman lain. Alasannya? Oo, banyak. Dua alasan teratas: Segan dan merasa sepertinya-saya-memang-tidak-nyambung-deh-dengan-kegaulan-MbakHahaha.

Sempat pula terbersit, "Mungkin Mbak Putri nggak punya chemistry dengan aku Ya Rabbbb ~ Why~ What is wrong with mehh?? Yah, mungkin karena saya memang orangnya awkward sih ya nasib~"

Tapi, saat membaca pesan singkat Mbak untuk saya di email perpisahan malam ini --yang bisa-bisanya berbunyi seperti ini:
"lil miss sunshine, who shine since day 1. Proud of you!" 
Ooooo, tentu saja kantung air mata saya jebol. Mau nangis tapi masih banyak orang di kantor. Jadi ya dikuat-kuatkan saja dulu. Hehe.

Dear Mbak Putri, mungkin memang benar adanya pepatah yang bilang "You never know what you have until you lose it."

Dan saya akui..
Ternyata, saya sangat-sangat-sangat-sangat merasa kehilangan Mbak.
Ternyata saya masih ingin menerima wejangan dan instruksi Mbak.
Ternyata kehadiran Mbak itu sungguh signifikan untuk kewarasan dan keawasan saya.
Saya jadi sadar, saya benar-benar bersyukur punya Mbak di dua tahun belakangan. It is indeed a privilege.

Mbak mengajarkan saya untuk bisa mandiri, tapi nggak pernah benar-benar melepas.
Mbak selalu mengoreksi, dari situ saya belajar untuk nggak mengulang kesalahan.
Mbak cerewet, tapi ujung-ujungnya itu justru mengurangi beban di belakang.
Mbak tahu saya pasti bisa, di saat saya nggak pede dengan kualitas diri ini. Hehe.

Saya yang sekarang, 99%  karena Mbak. Hehe.

Dan masih banyak lagi yang nggak bisa saya ungkapkan satu-persatu.

Mbak Putri, terima kasih ya. Terima kasih sekali.
Saya cuma bisa berdoa bahwa pilihan yang Mbak ambil ini, memang yang terbaik untuk Mbak dan keluarga. Semoga Mbak Putri selalu sehat, selalu bahagia. Dan tentunya, suatu saat saya bisa bekerja dengan Mbak lagi.

Tidak lupa saya juga ingin minta maaf, kalau pernah melakukan kesalahan, pernah bikin Mbak Putri sebal kesal kecewa. Hiks. Pasti sering.

See you when I see you, Mbak Putri.

Tertanda,
Winny Witra Maharani. Jr. AE-nya Mbak Oktavia Prima Putri.



Comments

Popular posts from this blog

Sarkem, Jogja's Sex Stop

5 songs i over-played and never less love

Berpindah Kota