a trip to bromo, melarikan diri dari dunia jogja.

baiklah pemirsa. liburan kali ini walaupun saya tak mampu kembali ke haribaan ibunda, setidaknya saya melakukan beberapa hal yang menyenangkan bersama orang-orang yang menyenangkan pula. sepulangnya dari solo, alias rumah yayi, saya melanjutkan liburan dengan rencana dari si pacar, bromo. atas bantuan myke, kami berhasil bulan baruan di gunung penanjakan bromo, yang dinginnya masya Allah. tapi cantiknya juga, subhanallah.

perjalanan ke bromo kali ini diprakarsai ide si pacar, katanya: "rencana awal sih sama temen, berdua. tapi, kalo nggak ngajak kamu, ntar kamu ngambek lagi." haha. for sure monsieur, pilihan yang tepat sekali.
nah, jadilah, dia awalnya bertanya pada myke gimana caranya ke bromo, eh, ternyata, si myke malah excited pengen ikut juga. si myke sms saya, saya nawarin yayi, yayi mau, kita sebarin di Line, ternyata di iteng juga mau. jadilah kami berenam; saya, ari, myke, yayi, iteng, dan luca (temennya ari), ramai-ramai ke bromo. hehe.

pada kesempatan pertama ini, saya dan teman-teman menuju bromo lewat Probolinggo, lebih tepatnya lewat Cemoro Lawang.

kami berangkat dari jogja menuju probolinggo-tempat myke-, berempat, saya, ari, iteng, luca, dengan kereta sri tanjung. si yayi nyusul dari solo. kereta berangkat jam 7.35, seharusnya cuma 10 jam lho ya ke probolinggo, tapi dasar si kereta hobi sekali dia berlama-lama di rel, jadinya baru menyentuh stasiun probolinggo pas maghrib. sesampainya di stasiun, kami dijemput myke dan bapaknya, asyik. jadi ndak usah repot-repot naik becak. dalam keadaan lusuh, capek dan lapar kami sampai di rumah myke, untung cuma 10 menit. sampainya di sana, saya langsung jadi yang pertama menduduki kamar mandi. hahaha. panasnya luar binasa. sehabis sholat dan makan malam kami langsung dipaksa tidur, maklum, harus berangkat ke lokasi pertama di Desa Ngadisari jam 11.30pm.

saya gak bisa tidur, myke pun. yayi juga cuma sebentar, sementara ari, iteng, luca pulas sekali. ya sudahlah. akhirnya jam 11.30an, mobil jemputan yang akan mengantarkan kami ke Desa Ngadisari, lokasi penyewaan jeep yang akan mengantarkan kami ke Gunung Penanjakan. Dari probolinggo menuju Ngadisari kira-kira 1 jam 30 menit, jalannya maha berkelok-kelok. untung si bapak sepertinya sudah hapal mati dengan kondisi jalan.  sekitar 10 menit sebelum sampai,kabut mulai tebal, jarak pandang terbatas, dan cuaca mulai dingin. kami berbegas mengenakan jaket langsung 2 lapis, belum lagi sarung tangan, kaus kaki dan topi.

Desa Ngadisari mungkin serupa dengan Desa Ranu Pani menuju Semeru kemarin nampaknya ya?
di sini, kami bisa menyewa jeep seharga 450k dengan kapasitas 6 orang. sebenarnya ada 2 paket, yang pertama, 450k menuju Gunung Penanjakan + Gunung Bromo; dan yang kedua, 650k, kedua tempat tersebut plus, padang rumput dan watu sango. berhubung biaya yang kami estimasikan sebelumnya cuma 500k, maka kami memilih yang pertama. kenapa harus menyewa jeep? soalnya kalo ndak, pilihan yang lain hanya naik motor dan jalan kaki.. atau terbang. medannya berat sekali jenderal, 



ternyata, kedatangan kami ke sini terlalu cepat, masih jam 1.30an, terlalu cepat untuk menuju lokasi Gunung Penanjakan, maka kami harus menunggu sampai jam 3.30an baru berangkat. jadilah, kami berenam sembunyi di mobil, tidur. perjalanan ke lokasi Gunung Penanjakan lebih gila. ditambah lagi dengan kabut yang masih tebal, jarak pandang saya kira hanya sekitar1 -1,5m, mas-mas supir ini edan sekali. si myke cerita dia komat-kamit baca surah kursi. saya? tidur. haha. selang 1 jam kemudian, kira-kira sih, kami sampai di lokasi, ada beberapa warung mie dan souvenir yang berdiri, eh ada juga penyewaan jaket yang maha tebel, juga kupluk dan sarung tangan. harganya mungkin 10k.


G. Bromo, G. Batok, G. Semeru, G. Widodaren
oh iya, Gunung Penanjakan  lebih tinggi daripada G. Bromo, sekitar 2770mdpl, dengan begitu kita bisa melihat sunrise cantik + pemandangan Gunung Bromo dan gugusannya. Gunung penanjakan berada di sisi utara Bromo, lokasi ini adalah pos pemantauan aktivitas gunung Bromo dan teman-temannya. hehe. Dari atas sini, kita bisa melihat G. Bromo, G. Semeru, G. Batok, G. Widodaren dan tentunya lautan pasir tadi.
kami sampai di sini sekitar jam 4, rombongan pertama lho. haha jadinya masih sangat sepi, lokasi melihat sunrise ini seperti balkon atas rumah, ada belasan kursi kayu panjang yang dijejerkan menghadap Gunung Bromo. macam kursi teater


kalau boleh saya bilang. di bawah, kabut tebal mulai turun dari The Sea of Sand menuju pemukiman penduduk. seperti air terjun. duh, cantik sekali. belum lagi lautan awan yang ada di sebelah timur, bergulung-gulung. benar-benar seperti laut dengan gelombangnya. perlahan-lahan matahari mulai menampakkan garis-garis sinarnya. sayang sekali tertutup awan, jadi tidak sempurna :(

6 kurcaci di G. Penanjakan, belakangnya ada gugusan Bromo
oh iya, di sini juga ada beberapa warga sekitar yang katanya menjual edelweiss, karena masih gelap, saya pikir itu benar-benar edelweiss yang diwarnai, ungu dan kuning. ternyata, itu hanya bunga berwarna ungu semacam lavender yang bisa kita temui di sepanjang jalan menuju lokasi ini. hati-hati ya. harus jeli haha. untung saya ndak jadi beli. eh tapi, cara jualnya agak ngeri lho, saya sempat dikepung. :| sambil nyodor-nyodorin mereka ngoceh-ngoceh harganya 20k-30k. hih. dasar.

**
selesai foto-foto sunrisenya, kami sholat. lagi-lagi dinginnya, masya Allah. kaki saya sampai sakit. ada mushola kecil di dekat situ, sekitar 4x4 meter. setelah sholat sambil gemetaran kami kembali ke tempat awal dan... foto-foto! hahaha. dengan background bromo dan lautan kabut, subhanallah, fotonya cantik sekali. hehe.






itu lho kabutnya. 


ini pas udah terang banget, sekitar jam 6.30an, tapi kabutnya masih tebal



saya, myke, dan yayi

patjar, iteng, luca



setelah selesai jadi banci foto, kita turun gunung *halah* sarapan di warung sekitar. jeng jeng. ternyata, harga burjo ndak berlaku di sini. semangkok mie adalah sama dengan 10k, nescafe yang di bonbin cuma 2k, jadi 5k. *nangis* tapi apa mau dikata, dari pada kelaparan. nah, setelah selesai mengisi perut dan menguras dompet, kami bergegas menuju bromo, dari dekat. muehehe.

**
Melewati The Sea of Sand--or the sea of eek kuda?--

sepanjang jalan menuju bromo juga ndak kalah mengerikannuya pemirsa. jalanan lebih berkelok tajam, tapi pemandangannya juga lebih indah. ternyata ndak lama, karena pakai jeep, jadi 15 menit sudah sampai.
pasir. pasir sejauh mata memandang. dan beberapa ilalang. dari kejauhan kami sudah disambut oleh para bapak-bapak pawang kuda yang nawarin jasa kuda. awalnya kita nolak sih, mahal. kita milih jalan aja sampai ke kawahnya. hati-hati. banyak ranjau. eek kuda. eek kuda everywhere. 

kuda. dan eeknya yang bertebaran
penjaja jasa kuda
oh iya, tarif kudanya pertama nyebut bisa 60k satu kuda. tapi lama-kelamaan bisa jadi 20k. hahaha. jadi sabar saja. akhirnya sih, saya myke dan yayi naik kuda sampai bawah tangga karena capek. hehe. oh iya, kita juga ngelihat ada Iskandar Wijaya! yang gak tau itu siapa, googling dih sana. :3

eventually, we were up there. setelah mendaki anak tangga sejumlah 250 biji. dada saya megap-megap. yayi apalagi. rombongan ari luca iteng sudah terlebih dulu duduk nengkreng di atas kawah, kami masih bungkuk-bungkuk ambil napas. :|

there i was, and myke and yayi behind. :))

kondisi di atas kawah menurut saya agak mengerikan, pagar pembatasnya banyak yang rusak. tidak tertutup kemungkinan bisa ada yang jatuh bebas lho dari bibir kawah. :| dari sini, kita bisa melihat kawahnya penuh asap. beberapa penduduk asli terlihat sedang melakukan kegiatan semacam ngelempar hasil bumi ke arah kawah, dan beberapa orang lain, nangkep-nangkepin. hal ini katanya dipercaya seperti semacam menangkap sajen, bawa rezeki untuk mereka. gitu. setelah puas melihat sekitar, kami harus bergegas turun. setelah diantar ke bawah, kami melanjutkan perjalanan ke Air Terjun Madakaripura \o/.

latar gunung batok, foto sek ndang edyan


which i will continue on the next post.
if i don't forget.
or lazy
cheers!


ps: and sure, thanks for reading this unnecessary post. haha.  


Comments

Popular posts from this blog

Sarkem, Jogja's Sex Stop

5 songs i over-played and never less love

Berpindah Kota