gempa

"Tinggal di Jogja, mulailah terbiasa dengan gempa."

hampir empat tahun tinggal di Jogja, tapi baru tiga kali merasakan gempa. tiga tahun lalu, tiga hari yang lalu dan semalam.
tiga tahun lalu saat maghrib. saya masih ingat, tiba-tiba jendela kamar kosan berdentam keras. terperanjat? iya, tapi saya pikir waktu itu si Tole, anak bibi kosan, sedang rusuh. tapi  ternyata bukan, itu gempa! dari teriakan seorang teman. saya hanya kaget, belum terpikir dengan 'takut'. tapi karena melihat teman-teman merangsek keluar, mau tidak mau saya ikutan. saya baru 'takut saat melihat ke arah jalan cik di tiro. tiba-tiba saja banyak sekali manusia. memenuhi jalan, melihat-lihat ke atas, seolah-olah yang runtuh adalah langit. kemudian terpaku.
bibi kos masih pias mukanya. teman-teman masih terkejut, kemudian berisik menghubungi orang tua masing-masing. saya? masih berdiri dengan handphone di tangan, mengetik sms ke mama,"Ma, gempa."

ternyata saat itu tanah jogja bergerak dengan kekuatan 5 SR. seumur-umur saya belum pernah merasakan tanah tiba-tiba menggeliat dan menumpahruahkan manusia ke aspal.

**

kemudian, tiga hari yang lalu. saat itu saya sedang berada di kampus. gedung margono lantai satu, sekitar pukul dua belas. cuaca hari itu bisa dibilang cerah, saya dan beberapa rekan sedang mengerjakan sesuatu ketika tiba-tiba gedung berguncang cukup keras. untuk sesaat saya pikir bahwa ada pohon jatuh, menimpa gedung. haha. soalnya seingat saya ada beberapa pohon besar di belakang gedung. tapi teriakan seorang rekan langsung mematahkannya. "Gempa!"
sepersekian detik, seperti ditampar. langsung sadar. lari ke arah luar gedung. handphone terlempar. semua harta ditinggal begitu saja. gelombang panik menjalar ke kepala. kami berkumpul di halaman gedung margono. tidak hanya kami. beberapa pekerja di gedung lain juga langsung menghambur keluar sambil berteriak. kami berdiri cukup lama dan memandang ke atas gedung, kalau-kalau saja dia runtuh. melihat ke arah pohon-pohon, siapa tahu daun-daunnya bergerak tidak wajar.
waktu itu benar-benar menyeramkan. tangan saya sampai gemetar.
saya langsung mengabari mama,"Ma, gempa."
tak ayal mama langsung sibuk bertanya ini-itu. saya sekadar menjawab semuanya baik-baik saja. tidak mau menularkan gelombang panik ke rumah.

di laman sosial media twitter, berhamburan info mengenai gempa tadi. ternyata berpusat di kebumen, jawa tengah, dengan kekuatan mencapai 6,5 SR. pantas saja.

***

semalam, sekitar pukul sebelas, sedang nonton. leyeh-leyeh di kasur. saat tiba-tiba ranjang saya seperti digoyang-goyang sekitar tiga kali (iya, masih sempat berhitung). bodohnya, saya malah berpikir itu kerjaan makhluk halus. iya. bodoh sekali. kemudian dengan segera sadar bahwa ada kemungkinan lain, gempa!
tanpa sempat mengambil apa-apa, saya langsung meraih gagang pintu, menghempasnya dan berlari keluar. tengah malam. benar-benar mengerikan. langit sudah hitam pekat begitu apanya yang bisa dilihat?
untung pintu kamar belum dikunci. kalau tidak saya bisa lebih panik. bisa-bisa melompat keluar lewat jendela.

saya langsung mengabari mama, "Ma, gempa lagi."
kali ini 5,3 SR. 
mama panik. lebih dari tiga hari yang lalu. mungkin karena tengah malam ya? ah, seharusnya tidak usah saja. saya disuruh tetap terjaga. saya tidur dengan lampu tetap menyala dan pintu tidak terkunci. barang paling penting berada dalam jangkauan. tidur dengan rasa was-was, sungguh tidak mengenakkan.

***

hampir empat tahun tinggal di Jogja, gempa seolah-olah bersembunyi di salah satu sudut hari, kemudian dengan tiba-tiba pula melompat keluar, mengagetkan. saya masih ingat, tahun 2006 lalu,  saat berita nasional dengan santer mengabarkan gempa yang mengguncang  dan meluluhlantakkan kota ini. ketakutan macam itu tentu tidak mudah dihapus ya?

ah, semoga hanya guncangan-guncangan kecil. semoga tanah hanya menggeliat. meregangkan badan. tidak serta merta salto-salto. pun, semoga langit baik-baik saja. jangan runtuh.
tapi ya, mau tidak mau, tetap harus membiasakan diri.
bukankah katamu kau mau menetap di sini? 


Comments

Popular posts from this blog

Sarkem, Jogja's Sex Stop

5 songs i over-played and never less love

Berpindah Kota