(entah apa judulnya)


aku tidak mau menjadi utuh sekarang. aku ingin menjadi pincang. lasrak-lusruk berjalan. ingin lama-lama sekali sedih, memelihara kesedihan adalah salah satu keinginan terpendamku sejak lama. jauh lebih mudah daripada harus repot-repot memberi makan anak kucing belang tiga.
tadi pagi dan siang panas sekali. matahari, sinar-sinarnya tumpah-tumpah dari langit tanpa tiang itu. tapi, kemudian ini hujan sesorean, tumpah-tumpah pula hujan yang airnya tajam-tajam itu. seperti sekarang ini perasaankujuga tumpah-tumpah. ladang kesedihan di belakang mata pasti subur sekali sekarang.

kata seorang wanita yang aku kenal, otak kami ini kurang ajar sekali. binal. nakal. banyak kehendak. mempermasalahkan hal yang jelas-jelas belum tentu juntrungannya. kait-kait besi cantelan baju yang belum berkarat sudah hendak diganti. cepat saja degup jantung kami berlari. kacau. tunggang langgang. ada lelaki jumawa yang aku kenal bertanya,"logika kalian  ada di mana?"
aku bilang saja, bahwa sudah lama tertinggal entah-di mana. berderak-derak mungkin di gudang tua yang cat dindingnya luntur, berlumut.; jendelanya morat-marit berkarat; pilarnya tidak kuasa tegak. mau rontok dihajar-hajar usia.

keadaan sedang tidak baik di luar sana. 
tidak ada yang bekerja dengan baik. macet. tersendat. persis jalanan kota ini kalau sedang musim liburan.
aku hanya ingin bersembunyi di balik tulisan ini. mencari tempat berlindung. satu-satunya yang masih memberikan rasa aman.

Comments

Popular posts from this blog

Sarkem, Jogja's Sex Stop

5 songs i over-played and never less love

Berpindah Kota