Ai, Masih Ingat Kita?

Ai, kamu masih ingat aku?
Iya, berbilang tahun kita tidak bertemu. Aku pikir kau pasti sudah berubah. Apa kau masih menekuni hobi lamamu itu? Menekuni lembar-lembar daun tetumbuhan yang kau tanam. Mengajak mereka berbicara; karena kau tahu mereka 'hidup' dan berkomunikasi seperti manusia. Membasahi tanahnya, menghujani mereka dengan selang dari pucuk; katamu "Mereka juga butuh mandi Ya, kan gerah." 
Kau selalu menganggap mereka manusia. Terlalu malah. Kau kadang lupa ada manusia asli di dekatmu. Memandangimu dengan sorot mata bertanya-tanya sekaligus kagum. 

Ai, masih ingat cerita-cerita yang pernah saling kita tukarkan dulu?
Selain seorang ahli tetumbuhan, kau juga pendongeng yang baik. Aku selalu suka mendengar kau bercerita. Setiap kau mulai membuka bibir dan kata-kata tumpah dari mulutmu; rasanya aku rela menjadi bisu dan menulikan diri dari suara lain. Kau bercerita seakan-akan dongeng itu sudah kau karang sejak bertahun-tahun lalu. Padahal aku cuma melontarkan kata-kata kunci. Kata kunci paling absurd dan jauh dari istilah perdongengan sekaligus.
Ingat tidak waktu aku bilang,"Spanduk! Ketik! Leleh!"
Kemudian, tidak sampai dua menit kau memandang mataku, lantas tersenyum geli. Mulai bercerita...




Comments

Popular posts from this blog

Sarkem, Jogja's Sex Stop

5 songs i over-played and never less love

Berpindah Kota