tentu saja saya akan pulang ma.

pergi keluar dari liang ibu, jauh dari tanah kelahiran sendiri, jauh dari bau rumah dan keluarga. mencicipi tanah air daratan seberang. menghirup-hembuskan udara asing. asing dan berdepa-depa jauhnya dari tanah kampung sendiri.

" tinggalkan negerimu dan merantaulah ke negeri orang. 
merantaulah, kau akan dapatkan pengganti dari kerabat dan kawan.."

banyak alasan seseorang untuk'minggat' dari rumah. nekat meninggalkan sarang paling nyaman. pun saya. euforia bangku kampus salah satunya. dulu, saya pikir, jauh dari rumah akan jadi hal gampang saja. terlebih saya bukan tipe anak yang selalu gelendotan dengan orang tua. saya yakin bakal senang-senang sajalah.

17 tahun tinggal di lingkungan yang sama, tentu saja 'bosan', hendak coba tanah orang; hendak lihat pemandangan lain daripada aspal depan rumah; hendak cicip makanan lain daripada lauk dibawah tudung saji dapur sendiri; hendak tidur di bawah atap kamar rumah asing.

perkara ini awalnya sangat-sangat menggiurkan. maka berangkatlah saya ke luar dari tempurung daerah sendiri. berniat belajar, mengenal bahkan kalau bisa hendak berganti 'kewargadaerahan'. 
jatuh cintalah saya dengan kota ini. jatuh cinta ada apanya. 
terlalu terlena dengan hal-hal yang sangat menjanjikan untuk kehidupan yang lebih baik, yang rasa-rasanya lebar sekali pintu kesempatan dibuka di sini. jauh lebih menyenangkan dibandingkan di sana. lupa alasan saya pergi.

saya sibuk mencintai kehidupan di sini. tahun lewat lepas. makin cintalah saya dengan kota ini. hampir-hampir lupa dengan daerah sendiri, hampir asing dengan bahasa sendiri; makin intim dengan budaya sini; makin menganggap bahasa ibu menjadi bahasa kesekian; antipati dengan saudara sesuku; makin samar bau tanah lahir. menyebut kata 'pulang', terkadang seliplah keterangan tempatnya, menjadi 'jogja' bukan 'bangka'. sekali dua alpa, lama-lama terbiasa. mengerikan.

saya takut saya hilang. menjelma jadi asing di tanah sendiri kelak. mengerikan.
----


kemudian tadi, ma mengirimkan pesan singkat ke ponsel saya:
"ma kangen kamu win. kapan bisa ketemu?"
saya terhenyak. sesak. saya lupa dengan rindu. bukan, bukannya saya tidak rindu orang tua dan adik-adik. tidak usah saya ceritakan betapa saya rindu mereka. tapi, saya lupa dengan rindu kata pulang. saya terlalu nyaman di sini. terlalu menekan perasaan ingin pulang karena kendala yang ada. dan boleh jadi, perasaan itu kemudian menjadi biasa.

pesan singkat mama membuat saya berpikir lagi mengenai alasan saya berada di sini; untuk pergi belajar jauh-jauh dari sini. biar bisa menjemput hidup yang lebih baik dan menyenangkan. bahwa berada jauh dari pintu rumah adalah suatu kewajiban, sekaligus hak saya. bahwa adalah baik untuk berada jauh, karena dengan begitu kamu akan merasakan betapa sebenarnya rumah kami adalah ternyata, tempat terbaik. tidak bisa digantikan dengan tempat lain manapun. bahwa tidak peduli sebanyak apapun teman, rekan, saudara yang kamu ciptakan di luar sana, tidaklah sebanding dengan keluarga kecil yang kamu miliki. dan memang, tidak bisa diperbandingkan.
alasan saya untuk pergi meninggalkan rumah jauh di belakang, adalah juga  alasan saya untuk kembali.

dan terutama, saya akan pulang. pulang ke tanah lahir.



"I’ve got to go home,

Let me go home
I’m just to far,
From where you are..

i just wanna go home."



tentu saja saya ingin pulang, ma. saya pasti pulang. 


Comments

  1. karna saling berjauh-jauhan lah makonyo saling kangen kangenan kalo ktemu tiap hari adonyo jugo malek malekan hahaha

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Sarkem, Jogja's Sex Stop

5 songs i over-played and never less love

Berpindah Kota