Surat Untuk Hadi

21 Desember 2010
2 tahun silam.

21 Desember 2012 boleh jadi digemborkan orang-orang sebagai kiamat, buat saya juga, walaupun dalam konteks kiamat kecil. dua tahun lalu, saya ditinggalkan salah seorang sahabat, rasanya sama saja seperti kiamat.

namanya Hadi, Hadi Nugraha. panggilan kesayangan kami untuk dia, Atok. dikarenakan perawakannya kurus tinggi, rambut pendek, kacamata minus 2, pakaian favoritnya kemeja sama jaket. belum lagi dia suka pakai jins model cut bray. hehe.
saya kenal  Hadi karena dulu, di SMA, dia pacar teman saya, Nindy. Dari situ kami dekat sampai akhirnya sama-sama terdampar kuliah di Jogja. untuk  6 bulan. sedangkan Nindy mengembara di Jakarta.
kenapa 6 bulan saja? karena Hadi, sebelum kesampain ngadain cita-citanya mbangun katering buat orang-orang kurus --hahaha-- sudah keduluan 'pulang' ke atas. dua tahun lalu. dipanggil begitu saja, tiba-tiba. Tuhan  itu suka sekali mengejutkan makhluknya ya Had.

ah, kalau harus mengingat lagi detail beberapa hari sebelum Hadi pergi, rasanya saya ingin mengutuk-ngutuk diri sendiri. saat baca sms terakhir Hadi, :"Makcik, sombong. Apa kabar?"dan tidak saya balas itu. penyesalannya tidak usah ditanyakan. sakit sekali. oh iya, dia dan Nindy biasa memanggil saya Makcik, panggilan kesayangan kata mereka. hehe.

menghela nafas, menahan, berusaha keras menahan air mata. selalu saja begitu ritual tiap tahunnya.

sudah dua tahun lebih ya Had. tidak terasa. sebenarnya cerita saya selama di kota ini sudah banyak sekali. saya ingin cerita sambil duduk-duduk di mana gitu kayak dulu. hahaha. dan jujur saja, saya masih belum menemukan teman laki-laki sedekat kamu. belum ada yang bi(a)sa bercerita tentang cita-cita dan keinginan dan kegalauan dan tetek benget konyol lainnya. apa kabar Had? boleh kan mengenang kamu? boleh kan sesekali saja? saya tidak ingin kamu juga mati di kepala saya. tidak mau selagi saya masih mampu.

saya tahu, mungkin ada yang lebih nelangsa kehilangan kamu dibandingkan saya. ibu kamu, bapak, mbak lydia, adek-adek kamu, Nindy apalagi. teman-teman SMA mu juga. siapa saya yang baru kenal kamu dua tahun sebelumnya. siapa juga yang mau kenal kamu dan jatuh hati karena sifat kamu kalau tahu kamu akan pergi secepat itu?
kalau ingat malam itu, saya ketemu kamu di rumah sakit itu.. tega sekali kamu Had.

Hadi.. Hadi..Hadi..
rasanya lama-lama nama kamu makin asing di lidah saya. saya takut kehilangan cerita tentang kamu Had.

mungkin hanya akan berbilang dua tahun lagi Had saya tinggal di kota ini. menyelesaikan pendidikan. membawa pulang ijazah dan bergudang-gudang cerita yang tidak akan habis kita tukarkan sampai tua nanti.  lantas saya dan kamu pulang ke rumah dengan membawa rencana masing-masing.
seharusnya kamu juga Hadi. seharusnya kamu juga. 

kata penulis favorit saya,menyikapi kepergian seseorang itu paling baik dari sisi yang meninggalkan, bukan ditinggalkan.
kalau begitu menurut kamu gimana Had? kamu bahagia? saya tidak, tapi saya ikhlas, sudah ikhlas. bapak ibu mbak dan adik-adikmu mungkin juga sudah ikhlas. teman-temanmu juga. Nindy juga. pastinya.

saya tidak tahu cara yang lebih baik dalam mengenang seseorang selain dengan menuliskannya Had. saya suka menangis dalam mengenang. dengan cara saya sendiri. tidak apa-apa. setidaknya kamu tetap hidup dalam kepala saya dan kepala orang-orang yang menyayangi kamu.

salam hangat Had.

Comments

Popular posts from this blog

Sarkem, Jogja's Sex Stop

5 songs i over-played and never less love

Berpindah Kota