Talking about Yogyakarta is talking about places it has. To name one, we can mention Malioboro, its most well-known street. While walking along this street, we can find various things; foods, souvenirs, batik , and even art performances. Another must stop shopping spot is Beringharjo market. As the largest traditional market in Yogyakarta , it provides batik and souvenirs as well . In order to get a good pr ice , we should be a good bargainer too. We can go along Beringharjo and do the window shopping by walking , because it is located inside one building. Yogyakarta is identical to Malioboro. For everyone who took time to Yogyakarta will list Malioboro in their must-visit list . Until now, this place still survives as the trade center and becomes one icon of Yogyakarta. About the name, t here are two versions of it. The first, it is taken fr...
Halo! Halo! Saya mau cerita! :)) Dua minggu lalu saya ke Jakarta lho, tujuan utama: interview session untuk IKK Inc. Wedding organizer Jepang yang baru mau buka cabang di Indonesia. Hasilnya? Well , masih belum beruntung sih. Anyway, highlight kepergian ke Jakarta sebenarnya tidak hanya itu. Saya bertemu beberapa teman masa SMA yang sudah bertahun-tahun tidak bersua. Menyenangkan. Saya berangkat dari Jogjakarta pada hari Jumat bersama dengan salah satu teman yang kebetulan pulang ke Jakarta. Kami berangkat dari Terminal Jombor menggunakan bis ekonomi tanpa AC, 140k, yang memakan waktu hampir 16 jam. Okay, lain kali pakai kereta saja. Di Jakarta saya turun di Terminal Pulo Gadung, sekitar pukul tujuh pagi. Saya duduk sebentar di salah satu warung kecil dan memesan segelas kopi Kapal Api panas. Ehehe. Lumayan, perjalanan kemarin malamnya itu sangat-sangat melelahkan dan hampir sepanjang perjalanan saya menahan muntah. Antimonya udah ndak nendang. Seperti ...
seringkali, tiap malam, saya tidur dengan memikirkan banyak hal hal-hal yang saya pikirkan berupa-rupa jenisnya kadang sekadar perihal ringan, seperti, mendaftar barang-barang apa saja yang perlu saya beli; kapan bisa membelinya; di mana; atau berapa uang yang saya butuhkan. kadang perkara cukup berat, seperti, tugas kuliah apa yang belum saya kerjakan; kapan mau mulai; kapan harus ke perpustakaan; kapan mau mengganti buku perpustakaan yang hilang; atau apakah besok sebaiknya saya bolos kelas atau tidak. lain waktu, kepala saya dipenuhi dengan wacana kelas kakap: tentang paham. saya tidak pernah benar-benar paham. sebagian besar kadar paham saya akan sesuatu --baik itu materi presentasi sampai keputusan Tuhan-- hanya saya amini begitu saja. bulat-bulat. seperti yang saya pernah akui, penjelasan lebih lanjut terkadang hanya bikin saya tambah bingung, alih-alih menerima, bisa jadi saya berbalik murka, kemudian menuntut tidak terima. repot kan? makanya, kalau hati saya sudah ...
Comments
Post a Comment